Thursday, April 13, 2006

Capability Maturity Model

Jadwal, biaya, fungsionalitas, dan kualitas produk secara umum tidak bisa diprediksi. Kinerja bergantung pada kemampuan masing-masing individu dan bervariasi sesuai dengan hard-skills, pengetahuan, dan motivasi tim. Kinerja hanya dapat diprediksi hanya oleh seseorang saja dan bukan karena kemampuan organisasi/perusahaan tersebut.

Jika Anda sudah membaca kalimat di atas dan mengangguk-anguk karena somehow statement ini sesuai dengan kondisi yang dialami organisasi/perusahaan Anda, maka selamat Anda berada di CMM level 1 – initial.

CMM, atau Capability Maturity Model, simply adalah sebuah framework yang menggambarkan aspek-aspek penting dari sebuah proses pengembangan perangkat lunak yang efektif. Efektif artinya, doing the right thing.

Apa benefitnya? Most likely adalah pengurangan biaya pengeluaran, penurunan waktu pengembangan, penurunan gangguan produk akhir dan meningkatnya kepercayaan konsumen. These are benefits that i am sure all of Indonesia’s software companies want them like hell!

Benefit ini berbanding lurus dengan tingkat kematangan sebuah industri perangkat lunak. Level kematangan dibagi menjadi 5, dan tiap level mempunyai key process area (baca: aspek2 penting).

Agak kurang pede memang kalo masih berada di CMM level 1. Saya bisa meyakinkan Anda bahwa jika sebuah organisasi berada di level ini, pasti banyak super hero di sana yang mengerjakan banyak hal dan jelas tidak terorganisir dengan baik. Maafkan saya karena mengatakan ini, tapi bagaimana? Memang benar bukan? :)

Ingin beranjak ke CMM level 2? Ayo-ayo! Kenapa nggak? Perhatikan saja beberapa aspek penting di level 2 ini:
  • Requirement Management
  • Software Project Planning
  • Software Project Tracking and Oversight
  • Software Subcontract Management
  • Software Quality Assurance
  • Software Configuration Management
Setiap key process di atas itu ada practices-nya masing-masing. Terlalu panjang kalau ditulis, namun 6 di atas sudah cukup sebagai awalan untuk memberi gambaran aspek-aspek mana yang harus dibenahi menuju CMM level 2.

Level 2 adalah repeatable, yang kurang lebih berarti proses perencanaan dan pemantauan proyek perangkat lunak itu wis stabil dan itu bisa diulangi untuk proyek-proyek selanjutnya. Ada kontrol efektif (manajemen proyek) dalam setiap aktivitas proyek based on rencana pengembangan yang realistis. Realistis itu misalnya gini: “kalau yang mengerjakan proyek Sistem Informasi Akademik cuman 2 orang, ya ndak mungkin 1 bulan selesai. Lha yang dulu aja butuh rata-rata 4 bulan.” Hehe.

Btw, kabar-kabarnya Indonesia akan membuat CMM versi Indonesia namanya Standar Kematangan Industri Perangkat Lunak Indonesia (KIPI) versi 1.0. KIPI didaulat akan menjadi CMM yang sudah disesuaikan dengan karakteristik industri perangkat lunak di Indonesia. Seperti apa sih? Lets wait and see lah! ;)

1 comment:

abcde said...

bos postinganmu saiki abot2 e,ttg management semua, tapi apikk eee.. iso sinau kie :D
thanks thanks